Minggu, 22 Februari 2015

Abaikan saja terus.

Siang ini entah kenapa emosi ku memuncak, tidak terkendali. Yang ingin ku lakukan hanya marah, membanting benda yang ada di hadapan ku, dan menyalahkan orang lain yang tidak bersalah. Perasaan yang seperti ini yang sulit ku kendali kan, dalam amarah yang sedikit sadar aku merasa sangat over. Mungkin jika aku tidak bisa menahan emosi yang ada didiriku saat ini, bisa saja aku melakukan hal yang konyol. Aku merasa sangat kecewa walaupun saat ini tidak ada yang buat ku kecewa.

Mungkin saja aku hanya merasa kesepian dan itu yang membuat ku aneh saat ini. Tidak terkontrol dan tak terkendali. Aku punya temen sepesial yang bisa di sebut “pacar” buat aku dia begitu baik dan tidak membuat diri ku merasa terkekang. Iya... saking baiknya aku hampir tidak merasakan perhatian dan kepedulian dia kepadaku. Mungkin sesekali saja, itupun kalau dia lagi inget.

Aku bisa mengerti, jarak yang memisahkan kita dan itu yang aku rasa buat aku kesepian dan tidak ada di dekatmu. Kalau saja kita kembali dalam satu kota, aku rasa juga akan bosen selalu bertemu dengan mu setiap hari. Tapi... bukankah cobaan dalam suatu hubungan adalah jarak yang memisahkan? Disitu lah kita bisa tau siapa yang paling sering memberi kabar dan siapa yang paling sering mengabaikan kabar?

Aku butuh seseorang yang membantuku tenang saat ini, tetapi... harus kemana aku mencari ketenangan itu! Jika seluruh badan ini sudah hampir dipenuhi dengan emosi dan amarah, untuk mencari hiburanpun rasanya berat untukku gerakan. Dengan berat hati aku harus melupakan sejenak gengsi ku sebagai wanita, bahwa yang aku butuhkan hanya kamu disini temani aku sampai aku lelah bercanda, sampai aku lelah bercerita, dan sampai aku lelah menghabiskan waktuku dengan mu.

Kamu bisa buat aku jadi lebih dewasa, buat aku terus bersabar, buat aku menahan diri supaya tidak protes atas sikapmu. Tapi apa dengan cara itu kamu bisa buat aku menjadi lebih baik? Aku rasa tidak! Sikap dewasa yang kamu kenalkan buat aku berfikir bahwa aku akan terbisa dengan abaianmu dan jika nanti kamu mengabariku dengan kabar yang tidak baik, jangan salahkan aku jika melakukan hal yang sama? Bukankah itu ajaranmu. Apakah itu menurutmu buatku lebih baik?

Apakah akan terus seperti ini?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar